Wednesday, September 12, 2007

ziarah kubur

..saat sebelum berangkat ke LNG site, aku sudah pernah mengatakan pada saudara kakakku yang tertua melalui telepon gratis fasilitas perusahaan dimana aku bekerja yakni bila kembali dari LNG site menjelang bulan puasa maka aku akan ke Palembang untuk ziarah ke makam emak. Terakhir aku melakukan ritual tersebut pada Agustus tahun silam, dimana sambil bernostagia menonton Bidar lomba perahu tradisional di sungai Musi, aku menyempatkan diri juga untuk berziarah.

Puasa tahun ini berdasarkan kalender akan dilaksanakan pada hari ke 13 di bulan September. Di Palembang menjelang memasuki bulan puasa adalah kebiasaan turun temurun atau ritual untuk mengunjungi makam atau ziarah kubur yang mana adalah tradisi masyarakat asli Palembang. Begitupun dengan aku yang sudah cukup lama meninggal kan kota kelahiranku tersebut, lebih dari separuh usiaku dihabiskan dirantau, tapi tradisi tersebut tetap saja tidak bisa hilang dari kehidupan kami. Seperti yang kulakukan pada Kamis 6 September yang lalu, dengan menumpang Adam Air terpagi dari Jakarta, dan dimana pada pukul 9 nya aku bersama beberapa saudara tuaku, kami sudah berada dipemakaman keluarga Ungkonan H. Asaarie daerah Puncak Sekuning Palembang (yang masuk dari jalan Cipto).

Seperti biasa ritual yang dilakukan yakni membaca surah Yasin, berdoa kemudian dilanjutkan dengan upacara naluriah yakni membersihkan area sekitar kuburan dari rumput semak belukar serta alang alang liar yang selalu saja tumbuh.

Pagi itu belum terlihat rombongan anak anak penjual bunga dan penjual jasa nebas pembersih rumput yang biasa dating menyerbu, memang dimungkinkan karena hari tersebut bukanlah hari Jumat.

Orang tua kami, Ningdep binti H. Matjik yang meninggal pada tanggal 23 Januari 1981 dalam usia 64 tahun, meninggalkan suami serta beberapa putra putri almarhumah dimana saat itu akulah yang merasa yang paling terpukul dengan kepergian beliau. Aku adalah bungsu putra terakhir yang saat itu masih berusia 21 tahun yang baru saja diterima bekerja dan dalam status menjalani ikatan dinas disatu perusahaan migas yang berlokasi di Kalimantan Timur.

Sampai saat ini aku sepertinya selalu merasa ada yang belum selesai antara janjiku dengan almarhumah, dimana saat itu kepada almarhumah aku sempat berjanji bahwa bila menerima gaji pertama maka gaji tersebut akan kuberikan semuanya kepada beliau, tapi entah kenapa sampai aku sudah menerima gaji yang ke enam malahan dan yang bersamaan dengan mangkatnya beliau, janjiku tersebut belum juga bisa terealisasi. Sampai sekarang menjadi pelajaran bagi diriku pribadi bila mengingat hal tersebut seperti bait syair sebuah lagu lama “jangan berjanji bila tak kau tepati..”