Sunday, April 1, 2007

Chrisye

Kabar meninggalnya Chrisye yang baru saya dapatkan disore Jum’at tsb, langsung saat itu dengan menggumamkan Innalillahi Wainnalillahi roji’un, cepat atau lambat semua pasti akan berpulang menghadapnya.
Setelah mendengar warta duka tersebut, dan untuk mengetahui lebih jauh kepergian sang idola yang antara lain akibat kangker paru-paru stadium 4, saya langsung mencoba mencari informasi lebih jauh yang lebih kredibel dan rupanya tidaklah susah, karena hampir semua media infotainment yang bergerak diruang maya memuat panjang lebar secara lengkap prosesi tersebut baik saat menjelang menghembuskan nafas terakhirnya yakni ditengah keluarga isteri dan keempat putra putrinya,serta informasi lainnya, riwayat hidup dan aktivitas yang sudah pernah dan yang sedang dilakukannya serta dari beberapa pendapat dari para rekan sesama yang bergerak di keartisan baik senior maupun yang baru dan yang masih eksis yang kesemuanya sepakat mengatakan bahwa alm. Chrisye adalah orang baik, yang dikatakan pula sebagai seorang sosok artis besar yang bisa bekerja sama dengan penyanyi segala usia yan mengorbit dilain era dia sendiri dan juga tetap berhasil dan eksis, satu talenta kehebatan dan kepopulerana yang tidak artis penyanyi bisa memilikinya – dan terakhir Chrisye dikatakan sebagai seorang Legenda yang mana julukkan yang memang pantas untuk disandangnya.
Sambil membayangkan dari informasi-informasi yang didapat, saya jadi kembali teringat kemasa-masa saat remaja sekitar 30 tahun lalu, tepatnya sekitar tahun 1978, saat masih sebagai pelajar menengah atas dikelas 2 ( pada kelas dimana seorang pelajar SMA measakan kehidupan bersekolahnya), dimana saat itu semua orang muda remaja yang punya gaya ketika itu sangat mengidolakan si sang legenda, termasuk kami yang saat itu sebagai pelajar dari sebuah sekolah menengah atas yang berlokasi didekat komplek pemakaman raja raja Palembang, Bukit Siguntang, SMA Pembangunan SMPP 26.( sekarang SMA neg 10 ya..?)
Ketika itu, hampir semua remaja pengikut trendsetter pasti memilki album Badai Pasti Berlalu juga albumnya yaitu Sabda Alam dimana sang legenda yang pertama kali bergabung dengan Musica Studios ( dimasa itu Musica studio adalah penerbit album album musik yang setiap dilaunching pasti disukai remaja, antara lain yang terbit juga saat bersamaan diawal-awal kemunculan Chrisye ada juga albumnya Rafika duri dan Harvey Malayholo, d’ Rollies, Iwan Fals, Cheseiro, Jockie Suryoprayogo dengan life albumnya, Guru Soekarno Putra dengan Suara Mahardikanya dll lainnya banyak sekali, dan saat itu setiap album .yang dikeluarkan oleh Musica, sebagian besar so pasti …booming..!.
Isi lagu-lagu dialbum pertama Chrisye yang bernaung dibawah label Musica, hampir semua remaja kota kami mengetahui serta hapal dengan liriknya, disamping Sabda Alam yang juga sebagai judul album, lagu yang sangat saya sukai saat itu yang antara lain berjudul Kala Sang Surya Tenggelam, saat itu lagu tersebut entah knapa terdengar sangat terasa romantis, sendu dan sentimental yang menggambarkan tentang sepasang remaja yang berkasih dan terpaksa harus terpisah. Setiap mendengarkan tembang ini pasti entah knapa disaat itu ada rasa tergetar dihati, ada perasaan terhanyut dengan kegetiran yang disuarakan vocal Chrisye yang begitu pas, atau kemungkinan karena saat itu saya sdang dilanda asyik masyuk dunia cinta remaja kali ya, entahlah..
Kami yang punya kumpulan penyanyi yang tergabung dalam salasatu vocal group yang cukup hebat dikalangan pelajar Menengah Atas di Palembang saat itu ( karena hampir disetiap event lomba vocal group antar SMA, vocal group kami kalau tidak menyabet juara pertama pasti juara kedua ( saingan yang paling berat saat itu yakni dari SMA Pertamina, dimana disetiap penampilan mereka memang memilki perangkat pendukung yang memang lengkap).
Saat itu didalan vocal group kami saya bertindak, disamping memainkan peralatan pendukung ringan – maracas? – juga sebagai vocal cowo’ utama. Vocal Group sekolah yang kami miliki saat itu sering mengisi acara-acara umum baik dalam perhelatan pesta muda mudi, acara resmi di pemerintahan maupun acara perkantoran juga salah satu pelanggan pengisi acara di RRI Pakjo Maupun TVRI Palembang yang di Campus.
Sedangkan diantara lagu Chrisye yang paling saya suka untuk dinyanyikan yakni lagu terakhir side B di album Sabda Alam yaitu Anak Jalanan, lagu anak Jalanan kala itu betul-betul mewakili sebahagia kehidupan anak remaja keluarga broken home ) kalau terbayangkan dan teringat kembali masa-masa katika menbawakan tembang Anak Jalanan tsb, jadi tersenyum dan geli sendiri, dimana penampilan yang selalu kenakan yakni dengan selalu bernyanyi dengan menyampirkan selendang yang memanjang didepan kedua dada sampai kedua ujungnya mendekati paha ( gaya ini diilhami oleh gaya penampilan Gito Rollies saat bernyanyi Ketika Haus Di Padang Tandus ).

Untuk refrensi lainnya, siapa diantara anda ada yang juga suka dengan si Sang Legenda, berikut kami sertakan dari berbagai kutipan yang didapatkan,

Hujan Iringi Kepergian Chrisye
Kapanlagi.com - Tak hanya keluarga, sahabat , rekan serta penggemar Chrisye diseluruh Indonesia yang menangis. Langit pun mengucurkan air matanya, saat sang legenda diusung ke peraduan terakhir. Langit yang tadinya cerah menurun hujannya sebagai tanda duka. Jenazah legenda disemayamkan di TPU Jeruk Purut pada pukul 13.15 wib, (30/3) setelah terlebih dahulu di Sholatkan di Masjid Al Karomah.
Tampak beberapa rekan-rekan musisi, artis dan seniman memberikan penghormatan terakhir. Ikang Fawzi, Rano Karno, Eros Djarot, Guruh Soekarno Putra, Armand Maulana, Ireng Maulana nampak berduka. Chrisye memang sosok yang beda. Popularitas diraihnya tanpa kontroversi. Karya-karyanya selalu mendapatkan tempat tersendiri. Sikap sahaja Chrisye menempatkannya menjadi sosok tak tergantikan. Benar-benar legenda.
"Mas Chrisye merupakan sosok yang tidak menganggap adanya perbedaan antara senior dan yunior. Mas Chrisye menghilangkan gap itu. Dan yang paling saya ingat saat beliau berkolaborasi dengan Peterpan itu satu kehormatan dan pengalaman tak terlupakan. Beliau benar-benar sosok legenda," ujar Andika mantan keyboardis Peterpan.
Salah satu artis senior yang tak henti-hentinya mengucurkan air mata adalah Titiek Puspa. Malam sebelum Chrisye menghembuskan nafas terakhir, Tante Titiek sempat berkunjung kekediamanya Chrisye sekitar jam sepuluh malam. "Waktu itu kondisinya masih bisa diajak ngomong, jadi saya sama sekali tidak menyangka," ungkap Tante Titiek tersedu.
Apa yang dikatakan dan ditunjukkan Andika dan Titiek Puspa, dua seniman dari generasi berbeda, memberikan respek terhadap Chrisye membuktikan Chrisye memang legenda. Selamat jalan legenda semoga wangimu menyebarkan keharuman bagi dunia musik Indonesia.

Menteri PAN Turut Melayat Ke Rumah Chrisye
Kapanlagi.com - Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Taufik Effendi bersama istrinya turut memberikan penghormatan terakhir pada Chrisye yang meninggal Jumat (30/3) pukul 04.00 WIB di kediamannya Jalan Asem II nomor 80 Cipete Jakarta Selatan.
Taufik yang juga paman Yanti Noor, istri Chrisye, tiba di rumah duka pada 10.30 WIB tanpa pengawalan ketat layaknya seorang menteri. Selama setengah jam berada di rumah duka, Taufik terlihat turut memanjatkan doa sebelum jenazah musisi legendaris Indonesia itu diberangkatkan ke pemakaman. "Terakhir kami bertemu sekitar lima bulan lalu dan setelah itu kami masih saling berhubungan melalui telepon," katanya.
Kepergian Chrisye, katanya, adalah kesedihan yang mendalam bagi keluarga Taufik Effendi. Bagi Taufik, pelantun lagu Badai Pasti Berlalu itu adalah seseorang yang berkepribadian sederhana serta menghormati semua orang. "Dia musisi yang hebat. Saya berharap semoga akan bermuculan Chrisye yang baru," katanya.
Suasana di rumah duka hingga Jumat siang tampak ramai dengan musisi, para sahabat, dan tetangga yang bertakziah. Guruh Soekarnoputra, Tika Bisono, Ratih Sanggarwati, Erwin Gutawa, Eros Djarot, Rano Karno, adalah sebagian kawan dekat Chrisye yang tampak di rumah duka.
Penyanyi legendaris yang telah mengeluarkan sekitar 28 album rekaman ini meninggal di usia 57 tahun akibat sakit kanker paru-paru yang dideritanya sejak lama.
Manager pribadi Chrisye, Emil menjelaskan Chrisye menghembuskan napas terakhir di tengah semua anggota keluarga yang berkumpul untuk merelakan kepergian suami dan ayah dari empat anak itu.
Jenasah Chrisye akan dikebumikan di Pemakaman Umum Jeruk Purut Jakarta Selatan setelah ibadah Shalat Jumat .
Kalangan dan pecinta musik Indonesia tentu merasakan kehilangan sang legenda yang bersuara lembut ini sebagai sosok yang sangat profesional di bidang musik dan sangat menghargai semua orang yang berada di sekitarnya.
"Saya kehilangan seorang teman, guru , saudara yang sangat baik terhadap semua orang. Dunia musik Indonesia kehilangan seorang legenda yang sangat profesional, yang sangat menghargai jerih payah semua orang yang dekat dengannya," kata Emil .

Erwin Gutawa: Chrisye Ingin Bikin Album Shalawat Laporan Wartawan KCM Eko Hendrawan Sofyan
JAKARTA, KCM - Salah satu keinginan kuat (mendiang) Chrisye semasa hidupnya sebagai artis musik adalah membuat album shalawat. Sayangnya, itu tak sempat terwujud hingga ia pergi untuk selamanya pada Jumat (30/3) dalam usia 57 tahun.
Hal itu disampaikan oleh Erwin Gutawa (44), produser musik dan konser, aranjer, konduktor Erwin Gutawa Orchestra, pemusik, dan pencipta lagu yang merupakan sahabat Chrisye dalam bermusik. Menurut Erwin, yang bekerja sama dengan Chrisye untuk sejumlah album dan konser terakhir Chrisye, keinginan kuat tersebut telah diungkapkan oleh Chrisye kepadanya tiga tahun lalu.
Di mata Erwin, kehadiran Chrisye merupakan sebuah keajaiban, sesuatu yang tak akan berulang. "Ia tidak tergantikan oleh siapapun," tekan Erwin, yang datang melayat jenazah Chrisye di rumah duka. "Selama hidupnya ia mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Ia sosok yang terbuka. Ia mampu bertahan, bisa berkerja sama dengan siapapun," sambung Erwin, yang bersama Jay Subijakto telah menggarap konser-konser Chrisye Sendiri (1994), Badai Pasti Berlalu (2000), dan Dekade (2003).
Menurut Erwin, Chrisye bukan orang yang suka menggurui. Tambahnya, "Ia juga simbol loyalitas terhadap pekerjaan. Ia tidak memiliki bisnis lain kecuali bermusik." Selain itu, dalam kenangan Erwin, "Chrisye suka jadi meriang (panas-dingin) kalau menghadapi persiapan album atau konser."

Chrisye: "Saya Akan Meninggal Hari Jumat" Laporan Wartawan KCM Eko Hendrawan Sofyan
JAKARTA, KCM - Tangis dan doa mengiringi pemakaman jenazah artis musik legendaris Chrisye di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Jumat (30/3), mulai pukul 13.15 WIB. Pemakaman di bawah guyuran hujan itu dihadiri oleh anggota keluarga, kerabat, teman, dan kenalan sang mendiang. Tampak hadir di TPU tersebut antara lain Idris Sardi, Titiek Puspa, dan Tukul Arwana.
Sebelum diberangkatkan ke tempat peristirahatan terakhir itu, jenazah Chrisye dishalatkan di kediamannya di Jalan Asem II No 80, Cipete, Jakarta Selatan. Eros Djarot, Erwin Gutawa, Rano Karno, Andre Hehanussa, Franky Sahilatua, Mien Uno, dan anggota DPR Ferry Mursyidan Baldan terlihat datang melayat.
Dari rumah duka, jenazah Chrisye lalu diantar ke Masjid Al-Mukaromah, tempat ia biasa melakukan shalat Jumat di dekat rumahnya. Di masjid tersebut diadakan shalat jenazah dan doa bersama, yang dipimpin oleh H Antung Abdullah, salah satu tokoh masjid itu.
Antung bercerita, salah satu anggota keluarga Chrisye mengatakan kepadanya, menjelang akhir hayatnya Chrisye sempat menyampaikan pesan bahwa ia akan meninggal pada hari Jumat dan ingin dishalatkan di masjid tersebut. "Itu pesan beliau yang disampaikan oleh pihak keluarga Chrisye kepada saya. Jarang sekali orang bisa mengetahui kapan waktu kematiannya," tuturnya. Chrisye mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat (30/3), pukul 04.08 WIB, di rumahnya, setelah beberapa tahun menderita penyakit kanker paru-paru.
Kisah Antung lagi, ia kerap melihat Chrisye melakukan shalat di Masjid Al-Mukaromah di bagian yang sama dari masjid tersebut, yaitu di bagian kanan belakang.
Ketika jenazah Chrisye dalam perjalanan menuju TPU Jeruk Purut, tampak para warga berderet-deret di tepi jalan-jalan yang dilewati, layaknya mereka tengah memberi penghormatan terakhir kepada sang legenda.

Waldjinah: Menyesal tak Bisa Melayat Chrisye
JAKARTA, KCM - Ratu Keroncong Waldjinah (61) menjadi bagian dari mereka yang kehilangan legenda musik Tanah Air Chrisye (57), yang telah meninggal dunia pada Jumat ini (30/3), pukul 04.08 WIB, di Jakarta. Ia menyayangkan dirinya tak dapat melayat ke Jakarta, karena ada sebuah acara yang tidak bisa ditinggalnya di Solo, kota tempatnya bermukim. "Saya gelo (kata dalam bahasa Jawa, artinya menyesal) enggak bisa melayat almarhum ke Jakarta. Nanti malam, jam tujuh (19.00 WIB), saya harus hadir di acara Bukopin Awards. Dalam acara itu saya akan menerima penghargaan bidang nyanyi dan tampil membawakan lagu," tutur Waldjinah ketika ditelepon oleh KCM, Jumat ini. Waldjinah merupakan teman duet Chrisye dalam lagu Semusim (karya Eros Djarot), yang ada di album Badai Pasti Berlalu (2000) versi Erwin Gutawa. Ia dan suami sekaligus manajernya, Hadiyanto, mengetahui berita duka tersebut dari tayangan televisi serta pesan lewat SMS dan telepon dari salah seorang staf Erwin Gutawa.
Waldjinah mengenang, selama Chrisye sakit ia baru sekali menjenguk Chrisye. "Waktu itu Chrisye masih di Rumah Sakit Pondok Indah (Jakarta Selatan), belum ke Singapura," kisahnya. Menengok ke belakang, Chrisye diketahui menderita kanker paru-paru stadium empat setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, pada 2005.
Namun, lanjut Waldjinah, tetap saja ia dan suaminya sering menelepon keluarga Chrisye untuk mengetahui perkembangan kondisi kesehatan Chrisye. "Terakhir, Februari lalu, kami menelepon, istri Chrisye (Yanti Noor), yang menerima. Waktu itu Chrisye sudah enggak bisa berkomunikasi," ceritanya.
Masih dalam kenangan Waldjinah, bekerja sama dengan Chrisye dalam bernyanyi merupakan sesuatu yang mengesankan. "Waktu rekaman lagu Semusim di Jakarta, Chrisye dan Erwin menunggui saya. Erwin mengarahkan bahwa saya harus tetap menyanyi dengan cara keroncong, sedangkan Chrisye mengarahkan saya harus menyanyi di bagian-bagian yang mana dalam lagu itu," tuturnya. "Chrisye baik. Dia enggak menunjukkan bahwa dia lebih dari saya," sambungnya. Hal yang sama juga dirasa oleh Waldjinah ketika ia berduet dengan Chrisye dalam konser Chrisye Badai Pasti Berlalu di Jakarta Convention Center tahun 2000. "Chrisye memang lain daripada yang lain. Enggak ada yang menyamai dia. Mau Eros Djarot, mau Guruh Soekarnoputra, semua pencipta lagu itu sepertinya membuat lagu untuknya, karena ia membawakan lagu itu dengan pas," nilai Waldjinah, yang menyukai dua nyanyian Chrisye, Badai Pasti Berlalu dan Semusim.

Rumah Chrisye Dipenuhi Pelayat Laporan Wartawan KCM Eko Hendrawan Sofyan
JAKARTA, KCM - Para pelayat yang terdiri dari tokoh-tokoh musik, kerabat, serta warga sekitar, berdatangan di kediaman almarhum Chrisye di Jalan Asem Dua nomor 80, Cipete untuk melepas kepergian musisi legendaris itu. Tampak Indrawati Wijaya, produser Musica Studios, perusahaan rekaman tempat Chrisye bernaung. Tampak pula Alex Kumara, CEO AnTV, serta para pemusik seperti Gilang Ramadhan, Tohpati, personel-personel Project Pop, Armand Maulana yang adalah vokalis Gigi, dan Alberthiene Endah, penulis buku Chrisye, sebuah memoar musikal.
Karangan bunga pun terus berdatangan sebagai ucapan bela sungkawa atas wafatnya Haji Chrismansyah Rahadi atau yang dikenal dengan nama Chrisye. Seperti diberitakan sebelumnya, Chrisye meninggal tadi pagi pukul 04.08 di kediamannya.
Sampai berita ini diturunkan jenazah Chrisye baru selesai dimandikan. Setelah dikafani nanti, jenazah akan disholatkan di Masjid Al Karomah di jalan Haji Junaedi. Jenazah akan diberangkatkan dari rumah duka menuju masjid pukul 11.30. Jenazah kemudian akan dimakamkan di TPU Jeruk Purut Atas, Jakarta Selatan, setelah sholat Jumat.
Kepergian Chrisye membawa duka bagi insan musik di tanah air. Salah satu teman dekatnya, Alex Kumara, mengaku kehilangan seorang tokoh besar di dunia musik. "Sebagai pribadi, ia orang yang sangat menyenangkan, meski kadang tertutup. Tapi bila sudah dekat dan kenal betul, dia akan sangat terbuka dan merupakan teman yang amat menyenangkan."
Bagi Alex kehilangan Chrisye berarti kehilangan musisi andal. "Bagi saya dia sudah pantas menyandang gelar sang legenda. Kehilangannya adalah juga kehilangan bagi musik Indonesia."
Pihak keluarga mengatakan bahwa selama tiga hari berturut-turut mulai hari ini akan digelar tahlilan selepas maghrib.
Selamat Jalan Chrisye... Chrisye, Akan Selalu Ada di Hati Eros Djarot
Kapanlagi.com - Menyimpannya dalam hati, itulah yang ingin dilakukan Eros Djarot terhadap kenangan masa muda yang ia lalui bersama almarhum Chrisye.
"Banyak kenangan manis yang kami lalui bersama, waktu itu kami jadi anak band (1975). Dia (Chrisye) adalah seorang yang jahil," kata Eros ketika ditemui di rumah duka jalan Asem II nomor 80, Jakarta Selatan, tempat disemayamkannya jenazah penyanyi legendaris ini, Jumat (30/3).
Inilah yang akan selalu dikenangnya, begitu pula kenangan lainnya. Sebagai anak band, ia dan Chrisye telah mengalami banyak hal menarik yang tidak terlupakan.
Setelah bersekolah di Jerman Barat, Eros Djarot yang sebelumnya sempat bergabung dengan grup Ruky Raya, dan Uwes Gang, tahun 1974 membentuk Barong Band dan setahun sesudahnya memboyong bandnya kembali ke tanah air.
Ia pun bergaul dengan anak-anak yang disebut 'Gank Pegangsaan', yakni Keenan Nasution, Debby Nasution, Odink Nasution, Gaury Nasution, Harry Sabar, dan Christian Rahadi alias Chrisye. Eros lalu mengajak Chrisye (bass/vokal), Keenan (drum), dan Debby (keyboard) menggarap lagu dan musik BADAI PASTI BERLALU yang saat itu sangat digemari.
Hampir lebih dari tiga dekade, Eros mengenal Chrisye. Baginya Chrisye adalah seseorang yang rendah hati dan berdedikasi tinggi tehadap apa yang ditekuninya. Hari-hari yang ia lewati bersama almarhum aka selalu dikenangnya.
"Terlalu banyak kalau diceritakan, biar saya simpan dalam hati saja kenangan manis itu," katanya.

Adrie Subono Menyesal Belum Sempat Bikin Konser Untuk Chrisye
Kapanlagi.com - Pesona dan kharisma Chrisye telah membuat semua orang jatuh cinta, termasuk sahabat baiknya promotor musik Adrie Subono yang tidak lagi sempat membuatkan sebuah panggung megah bagi sang legenda.
"Kita belum ada kesempatan kerja sama untuk membuat konser. Ketika keinginan itu akan diwujudkan sudah tidak ada kesempatan lagi," kata Adrie saat ditemui di rumah duka, Jalan Asem II No 80, Cipete, Jakarta, Jumat (30/3).
Adrie mengenal Chrisye lewat istrinya yang telah berkawan dengan pelantun BADAI PASTI BERLALU sejak SMP (1969). Baginya, Chrisye adalah seseorang yang rendah hati dan berjiwa besar.
"Ia bahkan tidak menujukkan banwa dirinya adalah seorang musisi besar," katanya.
Adrie mengaku menyimpan sebuah kenangan manis dengan penyanyi segala zaman ini saat ulang tahunnya pada 1993. Ia tidak menyangka jika penyanyi bersuara khas ini akan memainkan piano dan bernyanyi untuknya.
"Chrisye tidak pernah melakukan hal itu, tetapi ia memberi saya kejutan dengan permainannya," katanya.
Kabar Chrisye jatuh sakit tidak dapat diterimanya. Adrie tidak dapat mempercayai seorang teman dekat yang jahil dan ceria itu divonis mengidap kanker paru-paru.
"Hingga saat ini saya masih menyimpan foto-fotonya saat konser lho, itu adalah kenangan yang berharga," kata Adrie.
Kehilangan seorang Chrisye sama dengan kehilangan salah satu musisi terbaik bangsa. Hingga akhir hayat, Chrisye terus berjuang demi perlindungan hak cipta. Ia ingin membangkitkan semangat musisi Indonesia untuk terus berjuang.
Chrisye meninggal pada Jumat, 30 Maret 2007, pada pukul 04.08 WIB, di rumah duka Jalan Asem II nomor 80, Cipete, Jakarta Selatan. Sejak pukul 08.00 WIB para pelayat terus berdatangan termasuk sahabat dan kerabat dekatnya. Puluhan musisi Indonesia tampak hadir untuk memberikan penghormatan terakhirnya pada sang legenda.
"Indonesia kehilangan seorang musisi yang luar biasa," kata Glenn Fredly yang hadir di rumah duka.
Proses pemakamannya di Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut pun penuh sesak. Meski diiringi rintik hujan, tidak menyurutkan para pelayat untuk mengantar Chrismansyah Rahadi ke peristirahatan terakhir.

Pemakaman Chrisye Diwarnai Aksi Pencopetan
Kapanlagi.com - Yang namanya copet memang tak mengenal waktu dan situasi. Asalkan ada peluang, pasti ia langsung beraksi. Begitu juga saat ia melihat adanya kerumunan pada prosesi pemakaman sang legenda musik Indonesia, Chrismansyah Rahadi alias Chrisye.
Para tamu dan juga wartawan yang saat itu tengah fokus pada prosesi tersebut, tak menyadari adanya rencana jahat yang tengah mengintai. Tanpa banyak buang waktu, si copet tersebut langsung 'bergerilya'. Alhasil, satu handphone milik salah satu wartawan langsung berpindah tangan.
Tapi sial, ternyata aksinya itu tak berjalan mulus. Pencopet yang belakangan diketahui bernama Yasin itu pun tertangkap basah para tamu yang lain. Tanpa basa-basi, bogem mentah dan 'tendangan tanpa bayangan' pun langsung melayang ke tubuhnya. Pria asal Mampang Prapatan itu jadi seketika itu juga jadi bulan-bulanan para kuli tinta.
Anehnya, Yasin bisa menahan berbagai 'serangan' yang ditujukan padanya. Ia hanya meleng saja dan mengalami lecet-lecet sedikit di tubuhnya. Entah ilmu apa yang dimilikinya. Padahal, kalau dilihat dari hebatnya 'serangan-serangan' tersebut, mungkin seorang petinju sekelas Mike Tyson pun bisa jadi roboh atau minial babak belur.
Tentu saja peristiwa tersebut cukup membuat heboh saat itu. Para tamu yang berziarah hanya bisa geleng-geleng kepala melihat aksi pengeroyokan tak berimbang tersebut. Dan saat itu terlihat kegarangan serta spontanitas para wartawan yang lainnya, dalam membantu rekannya yang tertimpa musibah.
Maklumlah, wartawan pun manusia yang punya perasaan. Siapa juga yang mau terima saat dirinya menjadi korban kelicikan orang lain. Ternyata, wartawan tak hanya lihai dalam merangkai kata-kata, namun juga pandai dalam 'merangkai' jurus untuk urusan hajar-menghajar.

Guruh Kenang Suka Duka Bersama Chrisye
Kapanlagi.com - Kepergian Chrisye memberikan kesan mendalam pada Guruh Soekarno Putra yang telah sekian lama berteman baik dengan musisi segala jaman itu.
"Kami telah bekerjasama sebagai anak gaul pada 1975-1976 saat "Guruh Gipsy", suka duka banyak yang telah kami lewatkan bersama, bahkan pernah tidur di bawah piano dengan dia," katanya di Jakarta, Jumat.
Guruh mengaku sangat mengenal Chrisye sebagai seorang teman maupun saat bekerja bersama. Bagi Guruh, ia adalah sosok yang sederhana dan berdedikasi tinggi.
"Sekitar satu bulan yang lalu saya kunjungi mas Chrisye, saat itu dia katakan ingin bekerjasama lagi dengan saya, lalu saya bilang kalau saya telah memiliki beberapa lagu untuk dinyanyikannya," katanya.
Namun sayang, keinginan dua sahabat karib ini untuk bekerjasama tidak dapat terwujud karena Chrisye telah dipanggil menghadap Sang Pencipta. Chrisye meninggal dalam usia 57 tahun akibat kanker paru-paru stadium empat. "Ada sekitar lima lagu dengan tema yang berbeda-beda saya tawarkan pada mas Chrisye," katanya.
Guruh mengatakan sangat mengagumi suara emas Chrisye yang sangat khas. Ia juga merindukan keakraban selama bertahun-tahun bersama Chrisye, dan malang melintang di dunia musik serta menghasilkan banyak album.
"Kami saling mendukung dalam dunia karir," katanya. Guruh meninggalkan kediaman Chrisye setelah jenazah diberangkatkan ke Masjid Al Karomah untuk disholatkan pada pukul 11.30 WIB tadi.
Hujan gerimis yang mengguyur di kawasan kediaman Chrisye, tak menyurutkan semangat para sahabat, musisi, serta para penggemar Chrisye untuk mengantar jenazah sang legenda musik Indonesia itu ke tempat peristirahatannya yang terakhir.

Laporan Wartawan KCM Ati Kamil
JAKARTA, KCM - Indonesia harus kembali kehilangan penyanyi terbaiknya. Penyanyi kawakan Chrismansyah Rahadi atau yang dikenal dengan nama Chrisye tutup usia di usia 58 tahun, pada Jumat (30/7) pagi sekitar pukul 04.08 WIB
Almarhum meninggalkan seorang istri, G.F. Damayanti Noor (52) dan empat orang anak, Rizkia Nurannisa (24), Risty Nurraisa (21), dan si kembar Randa Pramasha dan Rayinda Prashatya (18).
Hal tersebut dibenarkan pengamat musik Denny Sakrie saat dihubungi KCM. Ia mengaku mendapatkan kabar dari kakak ipar Chrisye, Firzy Noor tadi pagi. Sampai saat ini baik keluarga Chrisye maupun produser rekaman Indriati Wijaya (Acin) belum bisa dihubungi.
Namun menurut penuturan Denny, almarhum meninggal pukul 04.08 WIB. Saat ini jenazah disemayamkan di rumah duka dan rencananya akan dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pukul 14.00 WIB.
Selama ini Chrisye memang menderita penyakit dalam dan divonis menderita kanker paru-paru stadium empat sejak tahun 2005. Ia beberapa kali mendapatkan perawatan kemoterapi di rumah sakit Mount Elizabeth, Singapura, sejak 31 Juli 2005. Namun, belakangan pihak keluarga memilih untuk memberikan perawatan di rumah dengan melakukan pengobatan alternatif.

Vonis yang Meredupkan Chrisye...
JAKARTA, KCM - Tak hujan, tak ada badai, vonis itu datang tiba-tiba kepada Chrisye. Dokter menyatakan ia menderita penyakit kanker paru-paru stadium lanjut. Kabar itu tentu saja mengejutkannya. Tak terkecuali istri tersayang, G.F Damayanti Noor bersama keempat anaknya.
Semula tak ada yang menyangka penyakit itu datang. Pada tahun 2001, Chrisye kerap merasakan sakit di bagian pinggangnya. Empat tahun setelah itu, sakitnya kian menyebalkan terlebih di bagian tulang belakang dan pinggang.
Berdasarkan pemeriksaan awal, Chrisye hanya mengalami syaraf terjepit di bagian tulang belakang. Namun, kerap penyakit itu datang, Chrisye dibuat tak berdaya. Tahun 2005, vonis itu akhirnya datang juga. Setelah menjalani pemeriksaan, dokter menyatakan penyanyi kelahiran Jakarta, 16 September 1949 itu, menderita TBC akut. Kondisi inilah yang kemudian membuat kondisinya kian layu. Ia bahkan sempat tak sadarkan diri.
Pihak keluarga akhirnya memutuskan untuk menerbangkan Chrisye ke Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Dari sini lah, penyakit Chrisye kian terkuak. Ia divonis menderita kanker paru-paru, stadium empat.
Ibarat petir di siang bolong, kabar itu tentu mengejutkan semua pihak. Kondisi mental Chrisye pun kian terpuruk. Ia rupanya belum bisa menerima keadaan itu. Ya, bagaimana pun kebahagiaan tengah direngkuhnya kembali. Nama Chrisye tengah berkibar di jagat musik Tanah Air. "Kami hanya bisa pasrah dan berserah diri. Bagaimana pun ini cobaan buat kami," begitu kata Damayanti Noor, beberapa waktu lalu, saat bersama rekan-rekan Chrisye yang diwakili Guruh Soekarnoputra berencana menggalang dana bagi Chrisye lewat konser Untuk Chrisye dari Sahabat pada 10-11 September lalu.
Berbagai upaya ditempuh demi kesembuhan penyanyi yang pernah tampil dalam film Seindah Rembulan (1981) itu. Upaya kemoterapi pun ditempuh. Namun, bukannya lebih baik, kondisi Chrisye justru kian memburuk. Ia bahkan harus mengalami berbagai efek yang ditimbulkan karena menjalani kemoterapi.
Chrisye, lelaki yang dikenal begitu bersahaja itu, akhirnya memilih untuk bersahabat dengan penyakitnya itu. Beberapa kali sempat ia muncul dan menyapa penggemarnya meski harus menggunakan kursi roda.
Dan semangatnya untuk terus bernyanyi tak pernah padam. Chrisye bahkan masih berkeinginan kuat untuk membuat album baru dengan lagu baru pula. Masih dalam kondisi yang belum pulih benar, Chrisye sempat berujar, "Saya ingin diberi umur panjang dalam keadaan sehat agar bisa bernyanyi lagi untuk penggemar saya," tuturnya kala itu.
Tapi kini, Tuhan lebih cepat memanggilnya. Semoga saja, semangat Chrisye itu bisa memacu penerusnya kelak. Selamat jalan Sang Legenda...

Jejak Chrisye di Panggung Musik
JAKARTA, KCM - Siapa yang tak mengenal Chrisye. Ia adalah penyanyi kharismatik yang tak lekang di gerus zaman. Bolehlah banyak bintang muda bermunculan, tapi namanya tak pernah pudar karena gemilang bintang-bintang muda itu.
Ya, Chrisye memang pantas diberi label penyanyi termasyur yang pernah dimiliki negeri ini. Ia ibarat lilin yang tak pernah redup. Di usianya yang setengah abad lebih, Chrisye masih menunjukkan eksistensinya yang gemilang. Sebuah pencapaian prestasi yang tak gampang bagi seorang penyanyi yang tak lagi hidup di zamannya. Tapi, Chrisye berhasil melampauinya berkat loyalitas dan semangatnya yang tak pernah redup.
Lelaki kelahiran Jakarta, 16 September 1949 itu, mengawali kariernya di musik lantaran ia memang doyan bermain musik. Band Sabda Nada menjadi pelabuhannya pertama di tahun 1968. Didirikan tahun 1966 dengan formasi Ponco Sutowo, Gaury Nasution, Joe-Am, Eddy, Edit, Roland dan Keenan Nasution.
Sayangnya riwayat Sabda Nada tidak berumur panjang. Grup ini kemudian bermetamorfosis menjadi Gipsy pada tahun 1969, bersamaan dengan perubahan para personelnya. Di grup ini, Chrisye menempati posisi basis, Gaury pada gitar, Onan (kibor), Tammy (trumpet/sax), Keenan Nasution (drum), dan Atut Harahap (vokalis). kala itu, kelompok ini menjadi salah satu band dari Jakarta yang cukup disegani.
Pada tahun 1971-1972, bersama Gipsy, Chrisye sempat menjadi homeband di Ramayana Restaurant di New York, AS. Di sinilah Chrisye sempat bergabung dengan Band THE PRO’S, yang juga menjadi homeband untuk restauran yang sama dan digawangi Broery Marantika, Dimas Wahab, Pomo, Ronnie Makasutji dan Abadi Soesman.
Sekembalinya di Indonesia, Chrisye bersama Gipsy berkolaborasi dengan Guruh Soekarno Putra dengan membuat sebuah album rock yang sangat luar biasa, bertajuk Guruh Gipsy. Di album ini, mereka memadukan unsur-unsur tradisional gamelan Bali dan instrumen konvensional.
Selepas pengerjaan album Guruh Gipsy, Chrisye memutuskan untuk bersolo karier dan menghasilkan album-album rekaman dengan materi lagu-lagu yang ditulisnya sendiri maupun oleh teman-teman dekatnya.
Tahun 1977, seperti ditulis dalam situs resminya http://www.chrisye-online.com/, Chrisye berhasil mempopulerkan tembang "Lilin-Lilin Kecil". Sebuah tembang karya James F. Sundah dan berhasil memenangkan Lomba Karya Cipta Lagu Remaja Prambors (LCLR).
Di tahun 1986, Chrisye membuat kejutan. Ia mencoba bereksperimen dengan membawakan warna musik yang berbeda lewat album Aku Cinta Dia dan Hip Hip Hura. Hasilnya, memang luar biasa. Sampai saat ini, lagu itu pun masih tetap hangat di terima kalangan generasi MTV.
Nama Chrisye kian berbinar di panggung musik Tanah Air. Bahkan ketika pemilik nama lengkap Chrismansyah Rahadi itu, merekam ulang lagu tersebut di tahun 1992, Lilin Lilin sempat menjadi hits kembali. Chrisye menjadi jaminan mutu. Album-album yang dikerjakannya, seperti Badai Pasti Berlalu, Sabda Alam dan album lainnya cukup digemari dan berhasil di pasaran. Bahkan belakangan, sebelum vonis itu datang, Chrisye berhasil berkolaborasi dengan penyanyi-penyanyi muda yang tengah berbinar di zamannya kini.
Pada Februari 2000, bersama aranjer Erwin Gutawa, ia menggelar Konser Badai pasti Berlalu Di Jakarta Convention Center (JCC). Konser tersebut terbilang sukses dan merupakan konser terbesar di Indonesia.
Tahun 2001 sukses menggelar “Konser Tour Legendary 2001” pada tanggal 28 April – 22 Mei 2001 yang berlangsung di 14 kota besar Indonesia disertai dengan peluncuran album 2001 dengan judul yang sama. Di tahun 2002, Chrisye merilis album yang diberi titel Dekade.
Belum lama ini, Chrisye meluncurkan album terbarunya bertajuk Chrisye Duets By Request. Album yang menyatakan kekuatan dan daya tarik seorang legend. Ia tak tampil sendiri. Hadir musisi dan penyanyi yang pernah bekerja sama dengannya. Mereka adalah pasangan duet Chrisye dari berbagai era musik yang bergulir selama tiga dekade.
Mulai dari Waljinah, Rafika Duri, Hetty Koes Endang, Nicky Astria, hingga Iwan Fals. Dari Titi DJ, Sophia Latjuba, hingga Project Pop, Peterpan sampai Ungu. Kolaborasi ini tidak saja melahirkan lagu-lagu hit, tetapi juga potret kesuksesan seorang Chrisye menembus zaman. Ya, Chrisye kini telah melewati zamannya... Ia pulang ke peristirahatannya yang terakhir. Selamat jalan Sang Legenda...

Mengenang Chrisye Kapan Saja
JAKARTA, KCM - Meski telah meninggal dunia, Chrisye akan selalu dikenang melalui karya-karya musiknya. Bahkan ia telah menyiapkan wadah baru bagi penggemarnya untuk bernostalgia bersamanya. Setidaknya, Chrisye seolah tetap hadir di tengah-tengah penggemarnya melalui sebuah buku yang ditulis menjelang akhir perjalanan hidupnya dan situs maya.
Di saat tubuhnya begitu lemah karena kanker stadium 4, Chrisye menghasilkan satu buah buku perjalanan hidupnya berjudul Sebuah Memoar Musikal 17 Februari 2007 lalu. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini ditulis Alberthiene Endah (biasa dipanggil AE) atas prakarsa teman baik Chrisye sejak SMA, Alex Kumara, yang kini CEO antv. AE menulis dengan format penuturan Chrisye berdasarkan wawancara yang dilakukannya atas sang legenda hidup pemusik Indonesia tersebut, selama Mei-November 2006, sesudah Chrisye menjalani kemoterapi. Lewat buku itu, Chrisye ingin membagi ilmu yang didapatnya dari hidupnya, terutama sebagai seorang penyanyi dan pemusik sejak akhir 1960-an hingga kini, bukan sekadar kisah perjalanan hidupnya. "Dia ingin buku ini berguna untuk pembaca," ucap Yanti, istri Chrisye, saat acara peluncuran buku dan dilakukan sekalian dengan penggalangan dana untuk pengobatan Chrisye. "Seperti dia, dia cuma satu titik pada garis perjalanan musik Indonesia. Harus ada titik-titik lain yang melanjutkannya," lanjut mantan personel Noor Bersaudara yang memberi Chrisye empat anak--Pasha, Masha, Risty, dan Nissa.
Sepanjang karir musiknya, Chrisye memang menghasilkan karya-karya yang bermutu tinggi. Beberapa album single-nya begitu melekat kuat di hati para penggemarnya dan meledak di pasaran. Badai Pasti Berlalu, Sabda, Alam, Pergilah Kasih hanya sebagian dari karyanya.
Sepanjang kariernya, Chrisye juga sangat produktif dan konsisten menghasilkan karya-karya musiknya. Ada sekitar 29 album single, 29 album kompilasi, dan proyek musik yang digarapnya. Dengan karya-karyanya itu pula ia menyabet penghargaan sebagai penyanyi kesayangan angket ABRI pada tahun 1978. Puluhan penghargaan lainnya telah ia peroleh di tahun-tahun berikutnya dari BASF Award sejak tahun 1985 hingga AMI Award tahun 2005.
Vonis kanker paru yang diterimanya sejak 2005 tidak membuat penyanyi yang telah menorehkan sejarah selama 30 tahun kariernya di dunia musik Indonesia menyerah kalah. Menjelang akhir perjalanan hidupnya ia masih sanggup merilis album baru, Chrisye Duets By Reques dan album Senyawa, yang bahkan menyabet penghargaan Album Terbaik Planet Muzik tahun 2006. Ia telah membuktikan kecintaannya pada dunia musik karena di saat sakitnya pun, ia masih bisa bangkit dan menghasilkan karya-karya unggul.
Selain dari buku, perjalanan musik Chrisye bisa dikenang melalui situs maya http://www.chrisye-online.com/. Di situs ini, para penggemar Chrisye dapat mengenang juga menjadi ajang bertemunya para fans Chrisye dan ajang nostalgia bersama Chrisye. Selain memuat diskografi, situs resmi yang dirilsi produser Chrisye itu juga memuat foto-foto perjalanan karier Chrisye, dokumen berita meski baru dari tahun 2003 saja, dan banyak hal lainnya.
Meski telah meninggal, Chrisye seolah tetap dapat berkomunikasi dengan para penggemarnya. Situs ini juga telah disiapkan menjadi rumah baru Chrisye untuk melayani penggemarnya karena setiap pengunjung yang masuk ke halaman depan situs tersebut akan disambut dengan teks ucapan Selamat datang di Graha Maya Chrisye!

Musica Studio Siap Luncurkan Album-Album Chrisye
Kapanlagi.com - Musica Studio`s, perusahaan rekaman album-album Chrisye dalam waktu dekat segera meluncurkan dua album musisi tersebut "Live In Concert Chrisye" yakni Dekade dan Badai Pasti Berlalu.
"Saya belum bisa pastikan kapan akan keluar, tapi setiap enam bulan sekali kami selalu mebuat album kompilasi lagu-lagu Chrisye," kata Direktur Pelaksana dan Produser Eksekutif Musica Studio`s, Indrawati Wijaya di Jakarta, Jumat.
Bos Musica yang akrab disapa Acin ini mengatakan Chrisye dan Musica Studio`s telah bekerjasama kurang lebih 25 tahun.
"Dalam pandangan keluarga Musica, Chrisye adalah musisi segala jaman. Dedikasi dan loyalitasnya terhadap dunia musik 'patut patut' dibanggakan," katanya saat melayat ke rumah duka mendiang Chrisye.
Di mata Acin, Chrisye adalah sosok seniman yang mampu melihat peluang dari masa ke masa. Hal itu dibuktikan dari setiap albumnya yang tidak pernah sama dan selalu diminati oleh semua kalangan.
"Dia sosok yang kadang jahil, suka bercanda, tidak sombong, rendah hati, dan dapat siajak bekerjasama," kata Acin seraya menambahkan pertemuannya terakhir dengan sang musisi legendaris itu berlangsung dua hari sebelum Chrisye meninggal dengan kondisi kesehatan yang sudah menurun.
Album Dekade Chrisye dirilis pada 2002 sementara Badai Pasti Berlalu adalah proyeknya yang digarap pada 1977.
Dalam perjalan karirnya pelantun lagu Lilin-lilin Kecil itu telah menghasilkan 29 album solo. Sejumlah musisi tercatat turut bekerjasama dalam albumnya, di antaranya dalam album Kemesraan bersama Iwan Fals dan Rafika Duri, dan Asalkan Pilih Jalan Damai bersama Harvey Malaiholo dan Krisdayanti. Chrisye meninggal dunia pada Jumat 30 Maret 2007 pagi, setelah beberapa waktu menderita kanker.
Sejumlah Musisi Dan Sahabat Chrisye Berdatangan Ke Rumah Duka
Kapanlagi.com - Sejumlah musisi dan sahabat Chrisye tampak berdatangan ke rumah duka untuk melayat musisi legendaris Indonesia yang meninggal Jumat pagi (30/3) pukul 04.00 WIB di kediamannya Jalan Asem II nomor 80 Cipete Jakarta Selatan.
Krisdayanti dan suaminya Anang Hermansyah, Glen Fredly, Armand Maulana, Yuni Shara, Gilang Ramadhan, para anggota Project Pop, CEO Antv Alex Kumara, dan penulis Alberthiene Endah, adalah sebagian musisi dan para sahabat yang datang sejak pagi.
Tak hanya itu, sejumlah tetangga di sekitar kediaman Chrisye juga mulai berjubel di depan rumah. Beberapa karangan bunga dari para sahabat juga berjajar di luar pagar rumah.
Keluarga Chrisye tidak banyak terlihat di luar rumah. Sang istri, Yanti Noor bersama anak-anaknya terlihat sangat berduka.
Jenazah Chrisye yang telah dimandikan pukul 09.00 WIB, rencananya akan diberangkatkan dari rumah duka pukul 11.30 wib untuk disholatkan di Masjid Al Karomah, Jalan H Junaedi dan selanjutnya akan dimakamkan di TPU Jeruk Purut Jakarta Selatan.
Penyanyi Glen Fredly mengaku sangat sedih atas kepergian Chrisye. Suami penyanyi Dewi Sandra ini mengaku terharu saat membaca buku Chrisye, Sebuah Memoar Musikal yang berisi perjalanan karir dan hidup Chrisye.
"Beliau adalah seorang yang luar biasa, satu hal yang saya suka dari beliau adalah sifat rendah hati dan sederhana, Indonesia akan sangat kehilangan Chrisye," katanya saat ditemui di rumah duka.
Sementara itu sang penulis buku memoar musikal Chrisye, Alberthiene Endah tak hentinya meneteskan air mata. Alberthiene Endah, yang akrab disapa AE, mengaku mempunyai kebanggaan tersendiri bisa menyusun memoar Chrisye.
"Saya senang bisa menghabiskan banyak waktu melakukan wawancara dengannya, perkataannya yang selalu terkenang setelah kami menyelesaikan buku itu adalah `kalau kamu melihat saya, apakah saya bisa sembuh?` dan itu membuat hati saya sangat tersentuh," demikian katanya.

Chrisye Pergi Selamanya, Dunia Musik Tanah Air Berduka
Kapanlagi.com - Chrismansyah Rahadi yang populer dengan panggilan Chrisye meninggal dunia Jumat pagi ini pukul 04.00 WIB di kediaman Jalan Asem II nomor 80 Cipete Jakarta Selatan. Penyanyi legendaris yang telah mengeluarkan sekitar 28 album rekaman ini meninggal di usia 58 tahun akibat sakit kanker paru-paru yang dideritanya sejak lama.
Manager pribadi Chrisye, Emil menjelaskan Chrisye menghembuskan nafas terakhir di tengah semua anggota keluarga yang berkumpul untuk merelakan kepergian suami dan ayah dari empat anak itu.
Jenasah Chrisye akan dikebumikan di Pemakaman Umum Jeruk Purut Jakarta Selatan setelah ibadah Shalat Jumat siang ini.
Kalangan dan pecinta musik Indonesia tentu merasakan kehilangan sang legenda yang bersuara lembut ini sebagai sosok yang sangat profesional di bidang musik dan sangat menghargai semua orang yang berada di sekitarnya.
"Saya kehilangan seorang teman, guru, saudara yang sangat baik terhadap semua orang. Dunia musik Indonesia kehilangan seorang legenda yang sangat profesional, yang sangat menghargai jerih payah semua orang yang dekat dengannya," katanya.
Chrisye, anak 2 dari 3 bersaudara laki-laki itu menikah dengan G.F Damayanti Noor pada tahun 1982 dan mempunyai keturunan Rizkia Nurannisa (Anissa) lahir tahun 1983, Risti Nurraisa (Risty) lahir tahun 1986 dan anak lelaki kembar Rainda Prashatya (Pasha) & Randa Pramasya (Masha) yang lahir tahun 1989.
Berangkat dari hobby bermain musik, Chrisye yang lahir di Jakarta, 16 September 1949 ini, merintis kariernya di dunia musik dengan bergabung dalam Band Sabda Nada di tahun 1968.
Sebuah band yang berdiri pada tahun 1966, dengan formasi awalnya adalah Ponco Sutowo, Gaury Nasution, Joe-Am, Eddy, Edit, Roland dan Keenan Nasution. Riwayat Sabda Nada tidak berumur panjang. Grup ini bermetamorfosis menjadi Gipsy pada tahun 1969 seiring dengan perubahan para personilnya
GIPSY awalnya digawangi oleh Gauri Nasution (gitar), Onan (kibor), Tammy (trumpet/sax), Keenan Nasution (drum), Atut Harahap (vokalis) dan Chrisye sebagai pemain bass. Mereka sempat menggelar "Gipsy Concert" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada tahun 1970, dengan bintang tamu Mus Mualim.
Di tahun 1971, formasi personil band berubah. Kali ini dengan hadirnya Adji Bandi, Lulu dan Rully Djohan. Pada tahun yang sama, Gipsy terbang ke New York dan menjadi homeband di Ramayana Restaurant selama kurang lebih satu tahun (1971-1972).
Masih di New York, Chrisye sempat bergabung dengan Band The Pro`s dengan para personilnya adalah Broery Marantika, Dimas Wahab, Pomo, Ronnie Makasutji dan Abadi Soesman. The Pro`s juga merupakan salah satu homeband yang mengisi acara di Ramayana Restaurant.
Sekembalinya ke Indonesia, Chrisye bersama Gipsy berkolaborasi dengan Guruh Soekarno Putra, membuat album rock yang sangat luar biasa, bertajuk Guruh Gipsy.
Lewat album tersebut, mereka memadukan unsur-unsur tradisional gamelan Bali dan instrumen konvensional.
Selepas mengerjakan album tersebut, pada tahun 1977 Chrisye memutuskan untuk bersolo karier dan menghasilkan album-album rekaman dengan materi lagu-lagu yang ditulisnya sendiri maupun oleh teman-teman dekatnya.
Tembang Lilin-Lilin Kecil karya James F Sundah dinyanyikannya dan memenangkan Lomba Karya Cipta Lagu Remaja Prambors (LCLR) pada tahun itu, dan lagu ini sempat menjadi hit kembali, ketika direkam ulang oleh Chrisye pada tahun 1992.
Album Chrisye lain, Lilin-Lilin Kecil (1976), Jurang Pemisah (1977) Badai Pasti Berlalu (1978), Sabda Alam (1979) Percik Pesona (1980), Puspa Indah Taman Hati (1981), Pantulan Cinta (1983) Reses (1983), Metropolitan (1984), Nona (1984), Sendiri (1985), Aku Cinta Dia (1985), Hip Hip Hura (1986), Nona Lisa (1987), Jumpa Pertama (1988),Hening, Kidung (1989), Pergilah Kasih (1992), Cintamu T`lah Berlalu (1993), Sendiri Lagi (1994) Kesan di Matamu (1996) AcoustiChrisye (1997), Kala Cinta Menggoda (1999) Badai Pasti Berlalu (Re-recorded).
Lalu pada tahun 2001 mengeluarkan album Konser Tur Legendary 2001, disusul album Dekade pada tahun 2002 lalu, dan album Senyawa pada 2004.
Penghargaan
Sejumlah penghargaan juga mengiringi karier Chrisye selama ini, antara lain mendapat Juara Pertama dalam ajang Enka Song Festival pada tahun 1986 yang diadakan oleh Fuji TV, Tokyo, Jepang.
Pada tahun 1990 Video Klip Pergilah Kasih menjadi Video Klip Indonesia Pertama yang ditayangkan di MTV Hong Kong.
Di tingkat nasional, sejumlah penghargaan diraihnya seperti empat Piringan Emas untuk album, Sabda Alam (2 buah), Aku Cinta Dia, Lagu Cinta (sebagai pencipta lagu) yang dibawakan oleh Vina Panduwinata.
Kemudian, empat Piringan Perak untuk album: Hip Hip Hura, Resesi, Metropolitan dan Sendiri. Video Klip Sendiri Lagi juga terpilih sebagai Video Klip Favorit dan Terbaik, pada episode Video Musik Indonesia, episode ke-5.
Selain itu, lima dari delapan belas album solo yang telah dirilisnya berhasil mendapatkan penghargaan musik paling bergengsi di Indonesia yang diadakan oleh perusahaan yang memproduksi pita kaset, HDX dan BASF. Diantaranya album Aku Cinta Dia, Hip Hip Hura, Kisah Cintaku, Pergilah Kasih, dan Cintaku T`lah Berlalu.
Sedangkan sebuah tembang yang diciptakan Chrisye dan diberi judul Lagu Cinta, yang dibawakan oleh Vina Panduwinata berhasil mendapat penghargaan sebagai Lagu Terbaik oleh BASF.
Tahun 1995, BASF Award menyerahkan penghargaan BASF Legend Award kepada Chrisye atas pengabdiannya terhadap musik Indonesia selama ini.
Selain mencatat sebagai penyanyi pop yang sangat sukses, Chrisye juga tercatat sebagai pencipta lagu. Ada lebih dari 80 lagu ciptaannya. Karena begitu banyak dan sudah lama, Chrisye tak begitu dapat mengingatnya.
Yang pasti, beberapa lagu ciptaan Chrisye menjadi hit dibawakan olehantara lain: Vina Panduwinata, Tika Bisono, Andi M. Matalatta, Utha Likumahua. Pada tahun 1981 Chrisye pernah ikut berakting dalam sebuah film berjudul Seindah Rembulan.

Ikuti Pemakaman Chrisye, Titiek Puspa Menitikan Air Mata
Kapanlagi.com - Jenazah penyanyi pop legendaris, Chrisye (57), dimakamkan di Blok AA1 Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat siang, dalam suasana keharuan yang amat mendalam dan gerimis berkepanjangan selama prosesi pemakaman. Penyanyi legendaris, Titiek Puspa yang berbusana serba hitam tak henti-hentinya meneteskan air mata selama mengikuti upacara pemakaman, seolah berlomba dengan gerimis yang menghujam bumi.
Sania, Ahmad Albar, dan Ikang Fawzi, serta banyak artis lain yang menghadiri pemakaman itu, juga terlihat merasakan duka cita yang amat mendalam atas kepergian Chrisye.
Jenazah artis bernama asli Chrismansyah Rahadi dan suami dari Damayanti Noor dan ayah tiga anak tersebut dibawa dari rumah duka di Jalan Asem II Nomor 80, Cipete, Jakarta Selatan, ke TPU Jeruk Purut dengan kendaraan ambulans Yayasan Bung Kamboja diiringi ratusan pelayat yang mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
"Chrisye adalah keajaiban yang tidak akan pernah kembali," kata musisi Erwin Gutawa, salah satu kerabat almarhum yang memberikan sambutan pada upacara pemakaman itu.
Erwin mengaku sangat bangga bisa mengenal Chrisye, sekaligus sedikit menyesalkan satu permintaan Chrisye kepada dia yang belum dapat terpenuhi, yakni mengerjakan album "Salawat Nabi".
Chrisye Kritis? Sepekan setelah peluncuran buku Memoir Musikal Chrisye, kondisi penyanyi legendaris Chrisye dikabarkan kritis. Saat dikonfirmasi, Emil, manajernya, meluruskan isu tersebut. "Masih sakit iya, tapi tidak kritis," tandas Emil saat dihubungi kemarin.
Namun, Emil membenarkan, kondisi Chrisye sempat menurun, tapi tidak drastis. "Chrisye sempat enggak mau makan selama dua hari, sampai diinfus nutrisi. Kondisi psikisnya menurun. Tapi setelah itu, dia mau makan lagi. Tidak sampai ke rumah sakit, hanya di rumah," paparnya.
Hal senada diungkapkan penulis buku Memoir Musikal Chrisye, Alberthiene Endah. "Arti kritis itu kan sama dengan tambah parah. Tapi sampai kemarin, sama aja," lanjut Ae, sapaan akrab Alberthiene.
Sama dengan Emil, Ae mengatakan, "Waktu malam konser Il Divo, mentalnya drop, akibatnya enggak mau makan. Katanya, dia kangen sama makanan enak," paparnya.
Ae mengaku kian kenal dekat dengan Chrisye sejak menggarap buku tersebut. "Kabar baik, bukunya udah dicetak ulang lho, langsung pas hari launching," ujarnya. "Pas launching, Chrisye kan nggak datang. Dia tanya-tanya ke gue, siapa aja yang datang. Dia belakangan ini juga lagi senang cerita anak-anaknya (Rizkia Nurranissa (33), Risty Nurraisa (20), dan si kembar Randa Pramasha dan Rayinda Prashatya (17). (Anak) Yang gede kan mau nikah," sambungnya.
"Sampai sekarang kita masih dekat. Tiap malam gue sempetin datang buat kasih dia semangat. Jadi, gue saksinya kalau dia baik-baik aja. Bohong bahwa dia dibilang kritis," tegas Ae soal kondisi penyanyi bernama lengkap Krishmansyah Rahadi, kelahiran 16 September 1959, ini.
Beberapa waktu lalu, GF Damayanti Noor, menyampaikan bahwa suaminya, Chrisye, sudah berhenti berobat ke dokter dan kini hanya menjalani terapi medis oriental yang meningkatkan energi "chi". Chrisye diharuskan makan sayur mentah organik dan stop mengonsumsi nasi. "Kemarin gue datang, dia udah bisa angkat- angkat kaki lho," kata Ae.
Apa Chrisye stres mikirin anak mau nikah? "Dia nggak stres kok. Keluarganya pinter bikin dia enggak mikir yang berat-berat. Sejak dia sakit, anak-anaknya tambah bersikap dewasa. Doain aja ya," pinta Ae. (yus)
Galang Dana untuk Chrisye, Hasilkan Rp300-an Juta JAKARTA, KCM - Buku tentang penyanyi dan pemusik Chrisye (57) telah dirilis. Kegiatan penggalangan dana untuk pengobatan yang masih harus dijalani oleh penderita kanker tersebut pun sudah sekaligus diadakan bersama acara peluncuran buku itu. Sayang sekali, Chrisye tak bisa hadir di acara tersebut.
Buku itu, Chrisye, Sebuah Memoar Musikal, ditulis oleh Alberthiene Endah (biasa dipanggil AE) atas prakarsa teman baik Chrisye sejak SMA, Alex Kumara, yang kini CEO antv. AE menulis dengan format penuturan Chrisye berdasarkan wawancara yang dilakukannya atas sang legenda hidup (living legend) musik Indonesia tersebut, selama Mei-November 2006, sesudah Chrisye menjalani kemoterapi.
Lewat buku terbitan Gramedia Pustaka Utama itu, kepada para pembaca Chrisye ingin membagi ilmu yang didapatnya dari hidupnya, terutama sebagai seorang penyanyi dan pemusik sejak akhir 1960-an hingga kini, bukan sekadar kisah perjalanan hidupnya. "Dia ingin buku ini berguna untuk pembaca," ucap Yanti, istri Chrisye, kepada mereka yang hadir pada acara peluncuran buku sekalian penggalangan dana bagi Chrisye, di The Occasion, Dharmawangsa Square, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu malam lalu (17/2). "Seperti dia, dia cuma satu titik pada garis perjalanan musik Indonesia. Harus ada titik-titik lain yang melanjutkannya," lanjut mantan personel Noor Bersaudara yang memberi empat anak--Pasha, Masha, Risty, dan Nissa--kepada Chrisye ini.
Selain untuk menebar ilmu, buku tersebut juga ditujukan untuk menabur harapan. Demi maksud itu, kata AE dalam bagian Catatan Penulis di buku itu, ia dan Chrisye bersepakat untuk tak banyak berkisah tentang Chrisye dan penyakit kankernya.
Sampai saat ini Chrisye memang masih berperang melawan penyakitnya tersebut. Diungkapkan oleh Yanti dalam jumpa pers peluncuran buku itu, Chrisye tak bisa hadir pada acara peluncuran buku dan penggalangan dana untuk pengobatannya karena kondisi kesehatannya sedang merosot lagi. Video yang ditayangkan pada acara itupun menggambarkan kondisi kesehatan Chrisye kini. Ia tampak terbaring di tempat tidur di rumahnya, di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, dan sedang disuapi makanan lunak.
Menurut Oktaryadi Anis dari Merah Putih Showbiz selaku penyelenggara lelang dan Ria HD, public relations acara tersebut, malam itu berhasil dikumpulkan Rp300-an juta untuk menyokong beaya pengobatan Chrisye selanjutnya. Sebagian berasal dari penjualan dan lelang buku dalam kesempatan tersebut. Terang AE, 100 persen dari royalti yang diperolehnya dari setiap eksemplar buku itu disumbangkannya kepada Chrisye. Satu eksemplar buku tersebut, yang telah ditandatangani oleh mantan presiden Megawati Soekarnoputri, yang hadir malam itu, berhasil terlelang. Buku tersebut jatuh ke tangan Titi Soeharto, penawar tertinggi, Rp25 juta.
Sebuah piano yang dilelang juga menjadi milik salah seorang penggemar Chrisye dengan menawar Rp11 juta. Maskapai penerbangan Adam Air pun memberi jaminan beaya pengobatan Chrisye selama dua tahun. Belum lagi, uang yang masuk dari penjualan undangan.
Dalam acara yang diselenggarakan oleh Merah Putih Showbiz itu, sejumlah artis musik, tanpa honor sepeserpun, menghibur mereka yang hadir dengan lagu-lagu yang telah dipopulerkan oleh Chrisye. Sebut saja, Harvey Malaihollo dengan lagu Sabda Alam, Hedi Yunus dengan Lestariku, dan Sita Nursanti dengan Untukku, yang diiringi oleh permainan piano Yovie Widianto.
Para tamu malam itu, antara lain, Titiek Puspa; promotor pertunjukan Adrie Subono; Okky Asokawati; produser dan art director pertunjukan Jay Subyakto; Surya Saputra dan kekasih barunya, Cynthia "AB Three" Lamusu; Widi "AB Three" Mulia; dan Dewi Sandra yang mendampingi suaminya, Glenn Fredly.
Chrisye Membaik, Bikin Klip Video Bareng Ungu Jakarta, KCM
Ada kabar gembira dari Chrisye. Kondisi kesehatannya sudah jauh lebih baik. Bahkan, ia sudah menyiapkan album dan klip video lagi untuk dirilis.
Kabar itu diterima dari Indrawati Wijaya, Managing Director dan Produser Eksekutif Musica Studio’s, perusahaan rekaman album-album Chrisye. "Syukurlah," kata perempuan bernama pendek Acin ini. "Walaupun masih ke mana-mana dengan bantuan kursi roda atau tongkat, Chrisye sudah bisa berbicara dengan jelas, bahkan sudah bisa menyanyi," lanjutnya.
Sebagaimana telah diberitakan oleh media, pada 1 Agustus 2005 Chrisye didiagnosa menderita kanker paru-paru stadium lanjut, sesudah diperiksa di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Untuk menyembuhkannya, Chrisye menjalani serangkaian kemoterapi di rumah sakit yang sama.
Dua minggu lalu, Chrisye menjadi bintang tamu tayangan Satu Jam Bersama Ungu di Indosiar. Grup dengan vokalis Pasha tersebut tampil bersama Chrisye dalam lagu Cinta yang Lain, yang telah beredar lewat album Chrisye yang berjudul Senyawa (2004). Sebelumnya, sekitar dua setengah bulan lalu, sambung Acin, Chrisye bersama Ungu ambil bagian dalam syuting klip video Cinta yang Lain. "Syutingnya di Gunung Putri (Jawa Barat), di daerah bukit-bukit kapur, tidak lama, cuma kira-kira sejam," ceritanya.
Ceritanya lagi, ketika Chrisye menjalani syuting yang disutradarai oleh Abimael Gandhi itu, mobilitasnya dibantu dengan kursi roda dan tongkat.
"Tapi, lewat klip video itu, Chrisye tidak kami tampilkan sedang duduk di kursi roda atau berdiri dengan tongkat. Kami tidak mau menampilkan Chrisye seperti itu, karena yang kami inginkan adalah membantu membangkitkan semangat Chrisye untuk come back sedikit demi sedikit ke dunia musik, meskipun tentunya belum bisa ke kondisi seperti dulu lagi," paparnya.
Klip video tersebut memang dibikin untuk melengkapi rilis sebuah album kompilasi yang berisi sejumlah dari lagu-lagu duet Chrisye dengan artis-artis musik lain, yang telah beredar sepanjang karier musik Chrisye.
Album kaset, CD, dan VCD itu dijadwalkan akan dirilis pada Juli tahun ini dalam rangka membantu Chrisye membangkitkan semangatnya untuk muncul lagi secara bertahap di dunia musik dan menunjukkan bahwa Chrisye masih eksis.
Kata Acin, pihaknya melakukan hal tersebut karena Chrisye mau dan kondisi kesehatannya memungkinkan. "Kami sama sekali tidak memaksa," tekannya.
Ungkap Acin, sekarang kemoterapi Chrisye telah selesai. "Sekarang proses penyembuhannya dengan cara alternatif, semacam totok, dan dengan menjaga makanannya," ucapnya.